Guru Garis Depan (GGD) yang di kirimkan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan enam bulan silam mengaku mendapat panggilan mengajar sejak kecil.
Berbekal ilmu yang telah ia emban sejak mengikuti program sarjana mengajar di daerah tertinggal, terdepan, terdepan (SM3T) dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan tinggi, wanita asal Jawa Tengah ini membulatkan tekadnya untuk mengabdi di pelosok negeri.
Menurutnya, membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan pada masyarakat pelosok yang sebagian besar memilih mempekerjakan anaknya di kebun dibandingkan menyekolahkan anaknya merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Terlebih lagi dirinya hanya pendatang.
Ilustrasi |
Namun hal tersebut merupakan tantangan tersendiri yang semakin menggerakkan hatinya untuk terus berjuang menyebarkan pendidikan hingga ke pelosok negeri.
"Kalian jangan pernah menyerah dalam belajar. Karena kalian tidak ada bedanya dengan anak-anak di Jawa dan di kota besar," katanya saat mengobarkan semangat belajar pada anak didiknya. Namun yang menjadi tantangan terberatnya saat ini adalah kondisi lingkungan serta infrastruktur yang kurang memadahi membuatnya sedikit kesulitan menuju tempat dia mengajar.
Terlebih lagi dengan kondisinya yang saat ini sedang hamil muda. "Namun ketika sampai sekolah dan bertemu anak-anak yang semangat belajar rasa lelah diperjalanan hilang.
Itu yang buat saya tidak menyerah," ungkapnya sembari matanya berkaca-kaca. Di hari guru ini (diperingati kemarin, 25 November), Dia berharap semakin banyak guru Indonesia yang sadar akan pendidikan di Indonesia terutama yang berada di pelosok negeri.
"Dengan banyaknya guru yang mengabdi di daerah terpencil maka pendidikan di Indonesia akan merata," pungkasnya.
Posting Komentar Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.