Salah satu Guru Garis Depan, Rizky Ardiany bercerita, selama mengabdi di wilayah Aceh, dia harus bisa menghadapi dan menaklukkan sejumlah tantangan.
"Di Aceh memang tidak menyebrangi sungai-sungai, tetapi di sana rawan longsor, banjir, serta banyak jalan rusak," ungkapnya kepada Okezone, baru-baru ini.
Namun, wanita asal Kudus Jawa Tengah itu tidak menganggap tantangan tersebut sebagai sesuatu yang menyulitkan. Karena sebelumnya, dia pernah mengabdi sebagai guru pada program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T).
Dari segi kegiatan pendidikan, kata Rizky, tantangannya beda lagi. Dia menemui anak-anak yang memiliki kesadaran sangat minim untuk bersekolah. Salah satu penyebabnya adalah sedikitnya guru yang bertugas di sekolah mereka.
"Jadi anak-anak ini cenderung santai. Tapi sekarang kami coba mendorong mereka untuk sekolah. Kami semangati bahwa mereka tidak ada bedanya dengan anak-anak di daerah lain," paparnya.
Motivasi tersebut selalu ditanamkan wanita berjilbab itu pada anak didiknya agar mereka mau mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan berbekal ilmu itulah, anak-anak ini bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga mereka.
Pendekatan juga dilakukan kepada para guru. Karena sempat kekurangan guru, Rizky pun mengajak para guru agar mau untuk terjun ke daerah-daerah untuk membagi ilmu mereka. Dengan begitu, kebutuhan pendidikan semua anak Indonesia di sana bisa terpenuhi seperti anak-anak di berbagai kota besar lainnya.
Rizky mengaku, memilih profesi sebagai guru sejak kecil. Karenanya, dia tak gentar menjalani pengabdian di pelosok dan di daerah yang serba kekurangan.
"Dulu pertama saya mengabdi di program SM3T, saya jatuh cinta sama anak-anak. Mereka itu polos, haus pendidikan. Jadi saya ingin kembali lagi untuk mendidik anak negeri," tandasnya.
Posting Komentar Blogger Facebook
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.